SEPEREMPAT ABAD
"Banyak yang bilang, hidup itu seperti mampir minum teh di tengah perjalanan panjang. Singkat. Tak terasa."
Katanya, semakin panjang umur, semakin banyak rejeki?
Katanya, semakin panjang umur, semakin banyak pengalaman?
Katanya, semakin panjang umur, semakin bijaksana?
Katanya, semakin panjang umur, semakin bermanfaat?
Ternyata setelah bernafas selama 9.129 hari, jawaban yang aku dapatkan masih ngambang. Semuanya tergantung nasib manusianya. Benar saja, ada yang semakin tua semakin makmur hidupnya, tapi yang sebaliknya juga banyak. Ada yang berhasil keliling dunia di usia muda, tapi ada juga yang nyaman tinggal di desa sampai tua. Tidak ada nilai mutlak di rumus kehidupan.
Bukannya mau sok bijak, di tulisan kali ini, aku cuma ingin share rumus-rumus kehidupan yang kiranya sudah aku buktikan. Siapa tahu bisa berguna untuk teman-teman pembaca. Nilai kebenarannya memang belum pasti, karena (kembali ke premis 1) tidak ada yang mutlak di hidup yang penuh liku-liku ini.
1. Angan itu Kenyataan yang Tertunda dan Direvisi
Inget banget dulu punya ide gila untuk kuliah di Jakarta gara-gara ng-fans sama Afgan. Alasannya, biar bisa ketemu aja haha. Terus punya mimpi untuk kuliah tanpa membebani orangtua/biaya sendiri. Eh ternyata, sekarang terjawab. Aku jadi lulusan Sampoerna University Jakarta lewat program Student Financing. Program ini menjamin biaya kuliah mulai masuk sampai lulus, plus biaya hidup selama menjalani pendidikan di Jakarta. Padahal mana pernah terpikir bisa kuliah di Jakarta, bisa kuliah aja Alhamdulillah. Well meskipun bukan beasiswa yang gratistis, at least tetap tidak membebani orang tua bukan? And well, meskipun gak jadi ketemu Afgan, at least beneran kuliah di Jakarta kan?
"Who knows what miracles you can achieve? When you believe, somehow you will. You will when you believe" Mariah Carey
2. Berhati-hati di Dunia yang cuma Selebar Daun Kelor
Berdasarkan sensus Bank Dunia tahun 2017, jumlah penduduk Indonesia ada 263 juta, tapi kenapa ketemunya Lo-lagi-Lo-lagi? Kakak kelasku ternyata pacar dari sepupuku, guruku ternyata ibu dari sahabatku, ayahku ternyata paman dari sahabat ibuku. Kok dunia sesempit ini ya? Mana pernah aku kepikiran kalau hidup ini seperti berjalan di jaring laba-laba. Bayangkan kalau aku putus salah satu talinya (misal bertindak tidak sopan ke guruku/alias ibu dari sahabatku), mungkin si laba-laba akan goyah atau bahkan terjatuh.
"It's a small world. No matter what the circumtances, be nice to everyone, as you never know who you're going to see again."
Ella Eyre
3. Ada Harga, Ada Rupa
Hidup juga menawarkan berbagai macam mimpi dan keinginan. Di sisi lain, akan selalu ada harga yang harus dibayar untuk mimpi/jalan yang kita pilih itu. Nggak ada yang serta merta ketiban durian runtuh lantas langsung bahagia dunia akhirat tanpa ada usaha apa-apa. Percayalah kalau Tuhan itu adil. Zohri gak akan jadi juara dunia tanpa pengorbanan dan latihan. Jack Ma tidak akan kaya raya tanpa dedikasi dan kerja keras. Bahkan seorang selebgram yang kelihatannya cuma hepi-hepi aja, sebenarnya juga punya perjuangan yang mungkin tidak kita tahu. Janganlah menghabiskan waktu iri sama kebahagiaan/kesuksesan orang lain. Fokus aja ke milestone diri sendiri dan berusaha sepenuh hati.
"Life is all about fighting through your struggles. People might seem like they're living a worry-free life, but they're all just trying their best to keep living"
My ID is Gangnam Beauty
4. Dilarang Protes Kalau Nafas Masih Gratisan
Sering kali manusia itu "Take it for Granted" alias kurang bersyukur. Dikasih panas minta hujan biar adem, dikasih hujan minta panas biar gak repot kalau kemana-mana. Protes, kritik, gerutu dimana-dimana. Mulai dari mobil mogok sampai semut lewat bisa jadi bahan omelan seharian. Pertanyaannya cuma satu, kalau kita sibuk ngomel gitu, kapan kita bersyukurnya? Kapan kita intropeksi diri? Kapan kita bisa jadi lebih baik? Kesibukan kita memberi komentar dan mengeluh melupakan fakta bahwa hidup ini anugerah, nafas kita berharga, kesehatan ini hadiah, teman-teman kita rejeki.
Sering kali manusia itu "Take it for Granted" alias kurang bersyukur. Dikasih panas minta hujan biar adem, dikasih hujan minta panas biar gak repot kalau kemana-mana. Protes, kritik, gerutu dimana-dimana. Mulai dari mobil mogok sampai semut lewat bisa jadi bahan omelan seharian. Pertanyaannya cuma satu, kalau kita sibuk ngomel gitu, kapan kita bersyukurnya? Kapan kita intropeksi diri? Kapan kita bisa jadi lebih baik? Kesibukan kita memberi komentar dan mengeluh melupakan fakta bahwa hidup ini anugerah, nafas kita berharga, kesehatan ini hadiah, teman-teman kita rejeki.
"Don't Sweat the Small Stuff and It's All Small Stuff."
Richard Carlson
5. Bukan Pilihan, tapi Prioritas
Manuasia adalah produk dari prioritas hidup yang dipilih. Setiap hari, setiap saat, setiap menit, kita diberikan berbagai pilihan. Semua keputusan ada di tangan manusia itu sendiri. Makanya aku setuju bahwa nasib itu ditentukan oleh manusianya, tidak hanya karena keberuntungan dan kuasa Yang Kuasa. Semakin bertambah usia, kehidupan bukan lagi tentang pilihan, tapi prioritas. Mau kuliah S2 dulu atau kerja dulu? Mau beli rumah dulu atau beli mobil dulu? Mungkin kita akan menjalani keduanya, tapi yang mana yang kita prioritaskan akan menentukan siapa diri kita di beberapa tahun kedepan.
"Nobody gets everything in this life. You decide your priorities and you make your choices"Donald E. Westlake
Life is indeed full of surprise! Aku pribadi masih sering dikejutkan dengan apa yang terjadi di perjalanan minum teh ini. Sering kali yang diharapkan tidak terjadi. Awalnya berkecil hati, ternyata justru itulah yang terbaik. Terima kasih Ya Allah untuk 25 tahun ini. I'm more than excited to know how my life will turn in the upcoming years!
- Abida Ahzaryyah, 25 years old -
Comments
Post a Comment