AKU MALU DENGAN ILMUKU!

Catatan ini adalah refleksi dari seorang mahasiswa semester enam yang mengakui bertoleransi dan berpendidikan, dituliskan tanggal 5 Maret 2014




Aku patut bersyukur karena aku berkesempatakan berkuliah ditempat yang bukan hanya mengajarkanku materi di buku, namun juga membuka perspektif dan mempertajam indraku. Disini aku mengenal, memahami dan meyakini akan konsep mutikultural (perbedaan dari setiap individu baik ras, suku, budaya, agama, serta pandangan hidup). Aku belajar bahwa sebenarnya setiap orang memang diciptakan untuk menjadi berbeda, menjadi apa yang dia kehendaki dan inginkan hingga membentuk dia menjadi dirinya saat ini. Karakter seseorang terbentuk dari sebuah proses panjang yang dipengaruhi banyak faktor, misalnya psikologis, keluarga, lingkungan sekitar, ekonomi dan banyak lagi. Jadi, individu adalah produk dari semua faktor yang ada tersebut.
Aku pun meyakini bahwa saling mengahargai dan menghormati adalah kunci utama dalam menciptakan sebuah keharmonisan. Dikampusku, aku belajar bagaimana cara memperlakukan kaum minoritas, bagaimana mencoba memandang masalah dari sudut pandang mereka, bagaimana memecahkan masalah pelik dalam masyarakat, bagaimana jika aku adalah bagian dari mereka, ataupun bagaimana bagaimana yang lain. Semua pertanyaan sulit dan kasus rumit mampu aku selesaikan dengan baik. Nilaiku juga tidaklah jelek di mata kuliah ini.
Namun, saat aku memasuki duniaku yang sebenarnya, aku menyadari bahwa terkadang aku masih mendiskriminasi suatu golongan, terkadang aku masih menilai seseorang dari satu sisi saja, memojokkan orang yang salah, baik ada maupun tidaknya sebuah fakta, bahkan terkadang mengolok-olok teman-teman minoritas (meskipun tidak secara langsung). Aku malu! Bukan hanya itu, aku sangat malu!
Sebagai generasi yang berpendidikan, seharusnya aku mengamalkan ilmu-ilmu luar biasa yang telah aku peroleh ini. Merefleksikan ilmu yang aku peroleh di bangku kuliah menuju hidup yang lebih bermartabat. Ilmu yang diterapkan akan lebih baik dan memberi manfaat yang tak kalah luar biasanya. Dan semua orang tidak akan bisa mengelak bahwa mengaplikasikan ilmu itu SUSAH. Ya, memang benar! Namun tidak berarti susah adalah harga mutlak yang tidak bisa di bayar dengan seberapa banyak usahamu mencobanya. Bukankah belajar bukan hanya sebatas membaca berlembar-lembar buku? Jangan sampai lupa mengaktifkan indra kita dan awareness yang seharusnya menjadi produk dari sebuah pembelajaran.

- Abida Ahzaryyah di masa itu - 

Comments

Popular Posts